Selasa, 11 Januari 2011

Access Point

Access Point (AP)


Digunakan untuk melakukan pengaturan lalulintas jaringan dari mobile radio ke jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless client/server. Biasanya berbentuk kotak kecil dengan 1 atau 2 antena kecil. Peralatan ini merupakan radio based, berupa receiver dan transmiter yang akan terkoneksi dengan LAN kabel atau broadband ethernet. Saat ini beredar di pasaran adalah access point yang telah dilengkapi dengan raouter di dalamnya yang biasa disebut wireless router.

Wireless Router (WR)

Wireless Router selain sebagai penghubung (access point) untuk jaringan Local bisa berfungsi memforward IP di luar dalam jaringan Local. Sebagai contoh kita mempunyai IP 192.168.0.1 untuk jaringan Local kita sedangkan kita ingin jaringan 192.168.0.1 kita tidak tersentuh oleh orang luar dari jaringan local itu. Nah dari wireless router itu kita bisa setting sebagai contoh menjadi IP 10.50.10.xxx. Otomatis client yang mendapat IP dari 10.50.10.1 itu tidak bisa masuk ke jaringan 192.168.0.1. Inilah fungsi maksimal dari router yaitu untuk memprotect jaringan lokal kita sehingga resiko data diambil oleh orang luar lebih sedikit. Jadi kesimpulannya wireless raouter adalah sebuah acces point yang berfungsi meneruskan IP Local kita sedangkan Router berfungsi meneruskan IP local kita menjadi IP yang kita inginkan.

Ciri-ciri fisik :
Pada Panel belakang biasanya terdapat :


   1. Omni Antena ada yang bisa dicopot (detachable antenna) biasanya menggunakan konektor RP-SMA atau RP-TNC, ada juga yang fixed (non-detachable antenna)
   2. Reset button, tombol Reset untuk me-reset AP ke default factory setting
   3. Ethernet port/Port WAN, Port ini biasanya ditandai dengan tulisan: Internet atau WLAN. Kabel dari modem bisa masuk sini.menggunakan konektor RJ45 terhubung ke Internet via Cable / DSL Modem
   4. LAN Port (wired) bisa dipakai untuk konek desktop komputer, print server, network-attached storage, dll. Port ini biasanya ditandai dengan angka 1-4.
   5. Power adapter, colokan DC Power Supply

Pada panel depan, umumnya terdapat lampu-lampu LED yang menjadi Indikator;


   1. Indikator power, ketika power adapter dicolokkan, harus menyala.
   2. WLAN atau Wireless B atau G, hanya dapat diaplikasikan pada wireless router
   3. Led 1, 2, 3, or 4, indikator dimana LAN port digunakan ke perangkat lain. Jika salah satu LAN digunakan, maka indikator harus menyala sesuai nomor di port belakang yang digunakan.
   4. Link Internet atau WAN, Jika LED Internet/WAN tidak menyala pastikan modem/ kabel UTP LAN menyala dan telah terhubung ke port Internet dengan benar.

Peralatan Penunjang (optional)

1. Kabel Pigtail atau kabel jumper dan konektor
Adalah kabel penghubung AP ke Antena Eksternal. Alat ini diperlukan untuk menghubungkan antara antena eksternal dengan access point. Pada kedua ujung kabel terdapat konektor dimana type konektor disesuaikan dengan konektor yang melekat pada access point. Kebanyakan Pigtail di pasaran adalah : RP- SMA to N-Type Male dan RP-TNC to N-Type Male.


2. Antena Eksternal, Tower dan Penangkal Petir ( Lightning Arrester )
Digunakan untuk meningkatkan jarak jangkau wireless LAN. Antena bawaan AP dilepas kemudian dengan pigtail, RF out AP dihubungkan ke Antena eksternal.

Tower berguna untuk mendapatkan jangkauan area coverage yang maksimal, kita perlu menaikkan antena omni eksternal ke tempat yang tinggi agar client WLAN anda bisa menangkap sinyal radio dengan baik.

Sebagai pengaman dari petir maka kita memerlukan alat berfungsi menyalurkan kelebihan beban listrik saat petir menyambar ke kabel pembumian(grounding), biasa dikenal dengan Lightning Arrested Protector, dipasang pada kabel jumper antara perangkat access point dengan antena eksternal. Grounding untuk penangkal petir umumnya ditanam dengan batang tembaga hingga kedalaman beberapa meter sampai mencapai sumber air. Ingat grounding yang kurang baik akan menyebabkan perangkat wireless tetap rentan terhadap serangan petir.


3. POE (Power Over Ethernet) atau DC Power Injector
Agar kabel listrik tidak dinaikkan ke atas untuk “menghidupkan” access point maka kita memerlukan alat “POE” ini, yang fungsinya mengalirkan listrik melalui kabel ethernet atau kabel UTP/STP.

Berbagai Branded Wireless Access Point :

    * Senao ECB 3220
    * Linksys WRT54GL DDWRT
    * TP-LINK WA601G
    * DWL-2100AP AirPlus Xtreme G High-Speed 2.4 GHz
    * Netgear
    * D-Link AirPremier DWL-2210AP
    * Asus WL-HDD 2.5
    * Dll

Macam Macam Antena

Antena Omni




Antena ini adalah antena termudah yg bisa dibuat dengan penguatan sekitar 3-4 dBi tergantung tuning dan nilai2 element yg ada.antenna ini dibuat dr kawat copper (tembaga) atau brass (kuningan) dan mempunyai sudut elevasi reflektor 30* dan mempunyai arah pancaran ke segala arah “omnidirectional” kira2 gambarnya seperti ini…
Part List
-satu konektor tipe N female dgn 4 lobang sekitar,direkomendasikan mempunyai teflon insulasi diantara outer dan inner konektor.
-20 cm tembaga atau kuningan berbentuk batang dgn diameter 2mm
Konstruksi

1.dengan tang potong kawat yg dipakai menjadi 5 bagian masing2 4 cm panjangnya.
2.dgn kikir sedang (permukaan kikir) ratakan ke 4 bagian yg berlubang pd konektor N tsb sehingga memudahkan kita menyolder bagian reflektor
3.dengan solder high power (yg mempunyai panas 80 watt minimal) solder ke empat batang kawat yg mau dipake di ke 4 sisi konektor tsb,hati2! panas yg cukup tinggi bisa melelehkan insulasi teflon yg ada di antara titik tengah konektor.(bagian yg berwarna putih susu)
4.tekuk 0.5 cm pd ujung kawat (4 buah yg ditekuk) dgn sudut 90 derajat,hati2 dengan konstruksi yg sedikit rumit ini
sesudah terpasang di keempat sisi konektor N,mk anda bisa solder bagian “hot wire” yg berfungsi sbg antena yg sesungguhnya dgn hati2 dan tentu saja rapi bukan..?
kemudian rapikan jg ujung bagian bawah yg ada di bagian konektor N
kemudian dengan sebuah teknik “jembatan keledai” kita gambar sudut 30 derajat dan tempel pd dinding utk mengukur ketepatan sudut antena yg kita buat…
kemudian potong dgn tepat 3.05 cm radial (reflektor= yg tertempel pd ke empat sudut konektor N) dan central wire (yg tersolder di tengah konektor) ini perlu kehati2an dan ketepatan tinggi sebab kita akan bekerja pd freq yg amat tinggi! mk semakin tinggi suatu freq,akan semakin kritis pula nilai2 yg ada pd pembuatan antena tsb…
TIPS:

pembuatan ini di alokasikan pd channel 6 (2.44 Ghz) atau tepat pd titik tengah pd freq channel yg ada (13 channel).saran terbaik adl jangan memotong dulu bagian tengah sepanjang 3.0 cm,tp biarkan sepanjang apa adanya dan kurangi tiap 0.1 cm dan ukur besaran signal dgn memaki software semacam Netstumbler.ini disebut “tuning and matching” jd kepanjangan yg dikehendaki hendaklah fixed dgn channel AP or wlan yg akan anda tuju.anda bisa melihat tuning by cutting ini sukses bila besaran signal akan membesar pd titik potong yg dikehendaki.
semakin pendek panjang iner wire semakin tinggi channel yg bisa diakses (dlm hal optimum signal receive maupun transmit) dan semakin rendah chanel yg dipakai semakin panjang pula iner wire….
perhitungan omni
I. Omni Directional Antenna
a. Rubber Ducky Antenna
Banyak ditemukan diperalatan 2.4GHz 802.11 wireless network, seperti access point dan router wireless.
Penambahan gain rata-rata untuk antenna seperti ini sekitar 2-2.2dbi (www.martybugs.net)
Salah satu cara untuk menambahkan kekuatan daya dari wireless omni directional antenna / rubber ducky antenna ini adalah dengan menambahkan semacam parabola tepat di belakang antena, sehingga antena yang tadinya menyebar luas dapat diarahkan ke dalam salah satu area tertentu. Gain yang didapat sekitar 10 to 12 dB.
b. 360 Degree Omni
Gain yang didapat adalah 5-6 dbi.
2. Directional Antenna
a. Directional Yagi
Gain yang didapat +- 15 dbi.
b. Directional Sector
Banyak digunakan di menara-menara telekomunikasi. Lebar penyebaran berkisar 90-180 derajat. Antena ini baik digunakan untuk mengjangkau 360 derajat area, namun tidak mengingingkan semuanya mengarah ke satu antena.
c. Directional Patch
Gain yang didapat sekitar 18dbi.
Penyebaran jangkauan lebih sempit daripada antena yagi.
Mudah disembunyikan
d. Directional Parabolic
Dapat menjangkau daerah yang jauh.
Dapat mencapai 16 Km dengan gain 22 dbi (www.seattlewireless.com).
e. Directional Dish
Gain yang didapat 16-24 dbi.
digunakan di kantor saya . Dengan menggunakan standard 802.11b 11Mbps, antena Directional Dish 18dbi, bridge PoE jarak dibawah 500 meter dan LoS. Speed yang didapat berkisar 2-3 Mbps bisa jadi referensi bagi kawan-kawan sekalian.
Antena-antena diatas merupakan antena standard yang sering digunakan banyak orang, tidak tertutup kemungkinan masih banyak jenis-jenis antena yang ada dengan melakukan penggabungan ataupun modifikasi dari bentuk-bentuk antena diatas.
Pengertian dbi, jarak jangkauan, dan luas jangkauan dapat dicari di Om Google, karena saya sendiri masih memahaminya. (bagi yang mau berbagi ilmu ke saya boleh :p).
Gambar-gambar diatas didapat dari website www.seattlewireless.net dan www.martybugs.net segala hak cipta ada di tangan mereka.
6 Responses to “Tipe-tipe antenna wireless yang perlu diketahui! (part 1)”
1. Terima kasih informasinya…. Pak, informasinya.
Mulyadi said this on August 27th, 2007 at 7:45 pm
2. yup. ngak pp sekalian untuk tugas saya, artikel ini juga akan berlanjut lagi kok
nalpha said this on August 28th, 2007 at 2:20 pm
3. gue tambahin dikit ya mar:
Dalam sistem wireless, antena digunakan untuk meng-konversi gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnit. Besar enerji antena dapat memperbesar sinyal terima dan kirim, yang disebut sebagai Antenna Gain yang diukur dalam :
dBi : relatif terhadap isotropic radiator
dBd: relatif terhadap dipole radiator
dimana 0 dBd = 2,15 dBi
RADIATED POWER
Pengaturan yang dilakukan oleh FCC harus memenuhi ketentuan dari besarnya daya yang keluar dari antena. Daya ini diukur berdasarkan dua cara :
1.Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)
diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBi]
2.Effective Radiated Power (ERP) diukur dalam dBm = daya di input antena [dBm] + relatif antena gain [dBd]
KEHILANGAN DAYA
Pada sistem wireless, ada banyak faktor yang menyebabkan kehilangan kekuatan sinyal, seperti kabel, konektor, penangkal petir dan lainnya yang akan menyebabkan turunnya unjuk kerja dari radio jika dipasang sembarangan
Pada radio yang daya-nya rendah seperti 802.11b, setiap dB adalah sangat berarti, dan harus diingat “3 dB Rule”.
Setiap kenaikan atau kehilangan 3 dB, kita akan mendapatkan dua kali lipat daya atau kehilangan setengahnya .
-3 dB = 1/2 daya
-6 dB = 1/4 daya
+3 dB = 2x daya
+6 dB = 4x daya
Sumber yang menyebabkan kehilangan daya dalam sistem wireless : free space, kabel, konektor, jumper, hal-hal yang tidak terlihat.
3dB Rule bisa diterapkan secara prak-tis dengan bantuan antena
Access Point dengan standar 802.11b mempunyai penguatan 13dB untuk jarak 300 meter, maka kalau kita menggunakan antena 15dB (total 28dB) rumusannya menjadi :
13 + 3 dB – jaraknya menjadi 600 meter
16 + 3 dB – jaraknya menjadi 1,2 KM
19 + 3 dB – jaraknya menjadi 2,4 KM
21 + 3 dB – jaraknya menjadi 4,8 KM
24 + 3 dB – jaraknya menjadi 9,6 KM
1dB dianggap loss ….
MENGENAI KEKUATAN SINYAL :
Signal Propagation
Sinyal yang meninggalkan antena, maka akan merambat dan menghilang di udara. Pemilihan antena akan menentukan bagaimana jenis rambatan yang akan terjadi.
Pada 2,4 GHz sangat penting jika kita memasang kedua perangkat pada jalur yang bebas dari halangan. Jika rambatan sinyal terganggu, maka penurunan kwalitas sinyal akan terjadi dan mengganggu komunikasinya.
Pohon, gedung, tanki air, dan tower adalah perangkat yang sering mengganggu rambatan sinyal
Kehilangan daya terbesar dalam sistem wireless adalah Free Space Propagation Loss. Free Space Loss dihitung dengan rumus :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 F(MHz) + 20 Log10 D(km)
Jadi Free Space Loss pada jarak 1 km yang menggunakan frekwensi 2.4 GHz :
FSL(dB) = 32.45 + 20 Log10 (2400) + 20 Log10 (1)
= 32.45 + 67.6 + 0
= 100.05 dB
MENGENAI ANTENA :
Pola Radiasi Antena
Parameter umum :
main lobe (boresight)
half-power beamwidth (HPBW)
front-back ratio (F/B)
pattern nulls
Biasanya, diukur pada dua keadaan :
Vector electric field yang mengacu pada E-field
Vector magnetic field yang mengacu pada H-field
POLARISASI
Polarisasi antena relatif terhadap E-field dari antena.
Jika E-field-nya horisontal, maka antenanya Horizontally Polarized.
Jika E-field vertikal, maka antenanya Vertically Polarized.
Polarisasi apapun yang dipilih, antena pada satu jaringan RF harus memiliki polarisasi yang sama
Polarisasi dapat dimanfaatkan untuk :
- Meningkatkan isolasi dari sinyal yang tidak diinginkan (Cross Polarization Discrimination (x-pol) biasanya sekitar 25 dB)
- Mengurangi interferensi
- Membantu menentukan satu daerah pelayanan tertentu
IMPEDENSI ANTENA


Impedansi yang cocok akan menghasilkan pemindahan daya yang maksimum. Antena juga berfungsi sebagai matching load-nya transmitter (50 Ohms)
Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah satuan yang menunjukan sampai dimana antena sesuai (match) dengan jalur transmisi yang dikirimnya.
RETURN LOSS
Return Loss berhubungan dengan VSWR, yaitu mengukur daya dari sinyal yang dipantulkan oleh antena dengan daya yang dikirim ke antena.
Semakin besar nilainya (dalam satuan dB), semakin baik. Angka 13.9dB sama dengan VSWR 1,5:1. Return Loss 20dB adalah nilai yang cukup bagus, dan setara dengan VSWR of 1,2:1
Perhitungan Untuk Membuat Antenna Sendiri
Rumus yang digunakan oleh Jason Hecker (jason@air.net.au) banyak di ambil dari Bab
19 dari ARRL Antenna Handbook (http://www.arrl.org) di mana kita akan melihat cukup
banyak contoh disain antenna helical, termasuk cara mengukur kinerjanya.
Rumus antenna helical di ambil dari halaman 19-23 ARRL Antenna Handbook tertera di
bawah ini.
C
circumference of winding
S
axial length of one turn
G = 0.8 to 1.1
diameter of ground plane / reflector
C
circumference is pi times the diameter
Diameter dari lilitan biasanya tetap, dengan pipa pralon 40 mm maka diameter lilitan
adalah 42 mm. Jika frekuensi yang kita gunakan adalah (2.425GHz) maka panjang
gelombang = 0.123711 meter.
C
= 0.13195m
= 1.066
Jika kita ukur, ternyata S
30 C
out of range. Tapi tampaknya bukan masalah yang fatal.
________________________________________
Page 21
S
Diameter ground plane G = 1.05 = 0.130m
Gain dari antenna dalam dBi di definisikan sebagai:
Gain = 11.8 + 10log10(C
* n * S
dimana n adalah jumlah lilitan.
Gain = 11.8 + 10log10(1.066 * 1.066 * 13 *
0.31830)
= 18.5dBi
Pada tabel di bawah terlihat dengan jelas bahwa
gain
antenna
akan
bertambah
dengan
menambahkan jumlah lilitan. Kira-kira kenaikan
3dB akan di peroleh dengan men-dobel jumlah lilitan. Kira-kira 13 lilitan pas untuk
panjang pipa 0.55 meter & merupakan kompromi yang baik antara panjang vs. gain.
Pada card 801.11 yang banyak dipasaran umumnya kita bisa menset frekuensi yang
digunakan sebanyak 11 channel (FCC US). Oleh karena itu anda mungkin ingin
mengubah C
untuk frekuensi tempat kita bekerja.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam antenna adalah lebar beam. Lebar beam
biasanya di hitung menggunakan pada saat daya 50% (3 dB) lebih rendah daripada
daya di pusatnya. Rumus / perhitungannya adalah:
Half Power Beam Width = 52 / (C
= 52 / (1.066 * sqrt(13 * 0.31830))
= 23.98 derajat
Artikel yang satu ini adalah artikel yang saya ambil dari sumber yang baru walaupun isinya tetap sama saja namun saya harap artikel yang kedua ini bisa mencerahkan anda-anda yang lapar akan ilmu GBU
ANTENA KALENG (pertemuan pertama)
Written by TPOTC Surabaya
Monday, 06 February 2006
Sekelumit berita dari pertemuan kemaren (Gedung Teknik Elektro) sebenarnya masih banyak kekurangan. Baik dari segi alat yang pinjam sana sini dan keterbatasan alat penunjang lainnya menyebabkan hasil pengamatan kurang maksimal. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat belajar rekan rekan yang ada di Surabaya. Berikut spesifikasi alat yang kami gunakan :1. Linksys WRT54
2. PCMCIA Orinoco
3. Kaleng susu procal (diameter 12,7 cm) dengan panjang 17 cm.
4. Kabel pigtail
5. Kabel tembaga 2,5 mm
6. N Female
7. UPS
8. PC
9. Netstumbler
Target yang dituju nggak muluk muluk asal bisa ngelink itu udah cukup. Masalahnya mau test jauh nggak ada laptop nganggur hiks sedih…….Kaleng sengaja nggak dipotong murni 17 cm. Jadi maaf kalo hasilnya kurang maksimal.
Pengamatan dengan cara membandingkan SNR (Signal To Noise Ratio) antara antena omni dan antena kaleng. Jika di sisi Linksys dipasang antenna omni sinyal cenderung tidak stabil, Sedangkan dengan menggunakan antenna kaleng cenderung lebih stabil. Sekali lagi maaf tiang dan teropong (binocular) belum ada jadi sinyal kadang naik kadang turun tergantung pegangan. Kalo ada GPS malah asyik….soalnya untuk pengambilan data (keperluan penelitian) dibutuhkan kondisi ideal……hiks malah nggak punya.
Gambar kayak diatas tuh….hanya pigtail nempel di kaleng. Penelitian nggak hanya sampai itu saja. Sekarang client diberi pigtail untuk ditambahan antenna kaleng. Maka didapat hasil seperti berikut.
Selisih Noise antara yang menggunakan kaleng dengan yang tidak menggunakan kaleng sangat significant yaitu sekitar 6 dBm. Ok PR buat kita yang ada di Surabaya dan temen temen yang juga oprek wireless untuk penelitian.


1. Butuh Laptop buat uji coba jarak jauh + 2 UPS
2. Teropong atau GPS
3. Tiang penyanggah yang flexibel
Special Thx :
1. Konco-konco yang support acara: Pak Hari dan Mas Hari (ayasayasen)
2. Iro (dan penghuni kost Semolowaru Indah)
3. Penghuni Lab
Pembuatan antena parabolic, omni dan rotena
Antena parabolicantena parabolic adalah antena yang menyerupai seperti parabole hanya saja antena parabolic dibuat dari alumunium dan cara pembuatannya singkatalat dan bahan yang dibutuhkan berserta fungsinya-bor listrik untuk menaruh paku rivet-tang rivet untuk merivet alumunium-paku rivet untuk menempelkan alumunium-obenk minus untuk menutar mur jenis minus-mur unutuk mengencangkan sisi-sisi antena-alat grinda untuk membengkokkan alunium-soldier untuk menyambungkan kabel dengan konnector-alumunium flat untuk membuat antenanya di dalam pipa-hitsring untuk melapisi kabel picrtail-pipa kapiler AC untuk menaruh kabel dan membuat default-dudukan default untuk menancapkan ke monting-monting adalah untuk menempelkan antena parabolic ke tower-kunci inggris atau kunci pas no 10ukuran antena parabolic-pertama potong ukuran sampai 300 cm bagi 3 sisi-putaran tengah 210 bagi 3 sisi-putaran akir 30 bagi 3 sisi-alumunium ukurannya 48,5 cm di bagi 2 yang satu 28,5 dan yang satunya 25-membuat antena dengan isi kabel rj 8upresentasi pembuatan omnialat dan bahan yang perlu digunakan-soldier untuk menyambungkan kabel dengan konnector-hitsring untuk melapisi kabel picrtail-pipa kapiler AC untuk menaruh kabel dan membuat default-dudukan default untuk menancapkan ke monting-monting adalah untuk menempelkan antena parabolic ke tower-isi kabel rj 8u untuk dijadikan antena omni adalah atau sering di sebut antena sectoral dikarenakan omni menyebarkan sinyal bukan satu arah melainkan omni menyebarkan sinyal ke seluruh arah dan jangang meletakkn omni di dekat kabel penangkal petir karena bisa-bisa omni juga ikut tersambar petir tersebutpresentasi pembuatan antena rotena atau antena kupu-kupumembuat antena rotena dengan menggunakan isi kabel rj 8u alat dan bahan untuk membuat antena rotenasoldier untuk menyatukan setiap alumunium flat yang telah di isi dengan kabel rj 8ulem tembak untuk merakatkan isi kabel rj 8u ke alumunium flatpipa kapiler acclammontingantena rotena sering di gunakan untuk melakukan pengetesan radio-radio
Perakitan Antena
1. Antena microwave jenis grid parabolic dan loop serta yagi perlu dirakit karena terdiri dari sejumlah komponen, berbeda dengan jenis patch panel, panel sector maupun omni directional
2. Rakit antena sesuai petunjuk (manual) dan gambar konstruksi yang disertakan
3. Kencangkan semua mur dan baut termasuk konektor dan terutama reflektor
4. Perhatikan bahwa antena microwave sangat peka terhadap perubahan fokus, maka pada saat perakitan antena perhatikan sebaik-baiknya fokus reflektor terhadap horn (driven antena), sedikit perubahan fokus akan berakibat luas seperti misalnya perubahan gain (db) antena
5. Beberapa tipe antena grid parabolic memiliki batang extender yang bisa merubah letak fokus reflektor terhadap horn sehingga bisa diset gain yang diperlukan.
Pointing Antena
1. Secara umum antena dipasang dengan polarisasi horizontal
2. Arahkan antena sesuai arah yang ditunjukkan kompas dan GPS, arah ini kita anggap titik tengah arah (center beam)
3. Geser antena dengan arah yang tetap ke kanan maupun ke kiri center beam, satu per satu pada setiap tahap dengan perhitungan tidak melebihi ½ spesifikasi beam width antena untuk setiap sisi (kiri atau kanan), misalkan antena 24 db, biasanya memiliki beam width 12 derajat maka, maksimum pergeseran ke arah kiri maupun kanan center beam adalah 6 derajat
4. Beri tanda pada setiap perubahan arah dan tentukan skornya, penentuan arah terbaik dilakukan dengan cara mencari nilai average yang terbaik, parameter utama yang harus diperhatikan adalah signal strenght, noise dan stabilitas
5. Karena kebanyakan perangkat radio Wireless In A Box tidak memiliki utility grafis untuk merepresentasikan signal strenght, noise dsb (kecuali statistik dan PER) maka agar lebih praktis, untuk pointing gunakan perangkat radio standar 802.11b yang memiliki utility grafis seperti Orinoco atau gunakan Wave Rider
6. Selanjutnya bila diperlukan lakukan penyesuaian elevasi antena dengan klino meter sesuai sudut antena pada station lawan, hitung berdasarkan perhitungan kelengkungan bumi dan bandingkan dengan kontur pada peta topografi
7. Ketika arah dan elevasi terbaik yang diperkirakan telah tercapai maka apabila diperlukan dapat dilakukan pembalikan polarisasi antena dari horizontal ke vertical untuk mempersempit beam width dan meningkatkan fokus transmisi, syaratnya kedua titik mempergunakan antena yang sama (grid parabolic) dan di kedua titik polarisasi antena harus sama (artinya di sisi lawan polarisasi antena juga harus dibalik menjadi vertical)
Antena Grid 2,4 GHz 24 dBi ini sering digunakan sebagai antena WLAN. Dapat digunakan pada IEEE 802.11g maupun 802.11b. Kalau ingin pasang antena nih harus pakai frekuensi yang di ijinkan kalau tidak mau di garuk sama Balmon. Dan harus pintar-pintar pointing supaya dapat strength sinyal yang bagus dan troughput yang besar.
Ada banyak pilihan untuk menggunakan antena ini. Buatan Taiwan, USA dan Korsel juga ada, tergantung selera dan kebutuhan saja.


Antena Yagi
 


Antena Yagi adalah jenis antena radio atau televisi yang diciptakan oleh Hidetsugu Yagi. Antena mempunyai dilengkapi dengan pengarah dan pemantul, semuanya berbentuk batang. Antenna yagi terdiri dari tiga bagian yaitu Driven, reflektor, dan director. Bagian Driven adalah titik catu dari kabel antenna,biasanya panjang fisik driven adalah setengah panjang gelombang dari frekuensi radio yang dipancarkan atau diterima. Bagian Reflektor adalah bagian belakang antenna yang berfungsi sebagai pemantul sinyal,dengan panjang fisik lebih panjang daripada driven. Bagian Director adalah bagian pengarah antenna,ukurannya sedikit lebih pendek daripada driven.Penambahan batang director akan menambah gain antena, namun akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih sempit.






Antena Yagi yang paling sederhana adalah antena 2 elemen yang terdiri atas satu radiator atau driven elemen dan satu elemen parasitic sebagai director dengan spacing sekitar 0.1 l. Power gain dapat mencapai sekitar 5 dB dengn front to back ratio sebesar 7 sampai 15 dB. Gain akan menjadi sedikit lebih rendah apabila parasitik, elemen tersebut dipasang sebagai reflektor. Untuk bandband 10 30 meter, bahan elemen dapat dari tubing aluminium sehingga memungkinkan untuk diputarputar arahnya. Akan tetapi untuk band 160 meter atau 80 meter, tubing aluminium menjadi tidak praktis karena terlalu panjang sehingga kurang kuat, lebih praktis digunakan kawat dengan konsekuensi tidak dapat diputar arah. Panjang elemen Yagi dipengaruhi oleh diameter elemen dan adanya sambungansambungan. Baik diameter elemen maupun banyaknya sambungan akan memberikan pengaruh terhadap kapasitansi antar elemen, seperti kita ketahui bahwa dua logam yang terletak sejajar
tersebut akan merupakan suatu kapasitor.


Antena Gain




 Hampir semua amatir radio pasti pernah mendengar istilah penguatan antenna atau antenna gain, namun sebenarnya apakah yang dimaksud dengan hal tersebut, serta efeknya terhadap aktivitas amatirisme. Tulisan ini akan mencoba membahas dengan bahasa yang sederhana dan sebatas pengetahuan saya tentang hal ini, dengan harapan bisa menambah awareness terhadap para pembaca, bagaimana posisi strategis antenna ini terhadap keberhasilan dalam aktivitas amatir radio, khususnya QSO.


Sesuai dengan buku “The Radio Amateur Antenna Handbook” karangan William I. ORR dan Stuart D. Cowan, disbuatkan tentang definisi dari antenna gain atau power gain adalah:


Power Gain = Surface Area of Sphere / Illuminated Area On Sphere


Mari kita ambil contoh, sebuah antenna isotropic, antenna isotropic adalah sebuah antenna khayal yang hanya bersifat teori saja, yaitu berbentuk titik yang memiliki radiasi rata kesemua arah (berbentuk bola pejal), maka Surface Area of Sphere dan Illuminated Area On Sphere memiliki ukuran yang sama, dengan demikian memiliki Power Gain 1, atau bila dijadikan dalam satuan dB, memiliki gain 0 dB.
Dari persamaan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa makin besar gain sebuah antenna, berarti Illuminated Area On Sphere (beam width)-nya makin kecil, atau dengan kata lain, antenna tersebut radiasinya mengarah kesuatu titik tertentu. Nah, ini yang disebut dengan antenna pengarah atau beam antenna atau directional antenna.


Kembali ke masalah antenna isotropic yang hanya ditemui didunia khayal/ teori saja, maka dalam dunia riil, dipilihlah sebuah antenna yang biasa digunakan sebagai referensi untuk membandingkan gain atau performa dari jenis antenna lain, yaitu dipole yang masing-masing sisinya 1/4 lambda atau biasa disebut dengan dipole 1/2 lambda (half-wave dipole). Antenna ini memiliki gain relatif terhadap isotropic sebesar 2.1dBi (huruf i setelah dB mengisyaratkan gain antenna yang dibandingkan terhadap isotropic antenna). Selanjutnya, karena pengukuran gain antenna di dunia riil tidak mungkin dibandingkan dengan isotropic, maka kita akan sering menjumpai sebuah antenna yang dibandingkan dengan half-wave dipole, misalnya sebuah antenna Full-Wave Quad Loop memiliki gain sebesar 2dBd atau 4.1dBi, maksudnya gain antenna tersebut terhadap gain half-wave dipole adalah 2dB, dan terhadap isotropic adalah sebesar 4.1 dB.






                                                          Truth Table of Antenna Gain


Tabel diatas memperlihatkan perbandingan gain dari berbagai macam antenna, yang dibandingkan dengan referensi isotropic dan half-wave dipole.


Baik mari kita tinggalkan definisi dan perbandingan antenna, saya akan coba jelaskan apa pengaruh power gain sebuah antenna terhadap penerimaan dan pancaran.


Mari kita kenali sifat dari antenna, yaitu RECIPROCAL, diterjemahkan bebas menjadi TIMBAL-BALIK, maksudnya adalah antenna memiliki sifat yang sama baik pada saat RECEIVE maupun TRASMIT. Ambil contoh, bila pada saat transmit mimiliki gain 10dBi maka pada saat receive juga memiliki gain sebesar 10dBi. Demikian juga tentang pola radiasi, sama baik saat transmit maupun receive. Baik kita akan simpan dan endapkan dulu pengetahuan tentang sifat antenna ini dalam kepala kita.


Dalam perencanaan sebuah sistem transmisi radio, kita pasti pernah mengenal atau sedikitnya mendengar mengenai LINK BUDGET. Link budget adalah perencanaan komunikasi radio, biasanya pada Gelombang Radio Microwave atau terestrial radio (radio yang merambat diatas permukaan bumi), dengan menghitung redaman akibat propagasi, penguat pemancar kita, sensitivitas radio penerima dan GAIN ANTENNA. Nah, khusus gain antenna saya tulis dengan huruf besar, maksudnya antenna itu memiliki 2 fungsi utama, pertama sebagai pengarah kemana gelombang radio akan dipancarkan/ diterima, dan kedua adalah sebagai penguat (amplifier). Fungsi kedua yang cukup menarik dan akan saya ulas disini.


Kembali ke power gain sebuah antenna, konversi dari nominal absolut ke decibel (dB) biasanya di menggunakan persamaan 10 log (gain), misal sebuah antenna dengan penguatan 10dBi, dia memiliki penguatan power sebesar 10 kali. Maksudnya, bila pemancar kita memiliki output 10 Watt, tanpa memperhatikan rugi-rugi di saluran transmisi (kabel coax), maka diantenna kita power akan diperkuat 10 kali lipat atau sebesar 100 Watt, bila pemancar kita 100 Watt, maka akan diboost menjadi 1kW … wow great ! Dengan memperhatikan sifat antenna (Reciprocal) diatas, pada saat receive, sebuah sinyal dengan power 100mW akan dikuatkan oleh antenna kita 10 kali lipat, menjadi 1 Watt. Luar biasa kan ?


Dari contoh diatas, kita bisa menarik kesimpulan bagaimana pentingnya keberadaan sebuah antenna.


Sebenarnya masih ada beberapa kriteria antenna yang mempengaruhi komunikasi di HF (High Frekuensi), karena sifat dari gelombang HF ini sangat berbeda dengan VHF, UHF, SHF, dll. HF biasa juga disebut sebagai gelombang langit, artinya gelombang ini rambatannya sangat dipengaruhi dan dipantulkan oleh lapisan ionosfir. Terkait dengan hal ini, kriteria pengarahan dan radiation angle juga sangat penting diperhatikan, terutama untuk komunikasi jarak jauh (DX).

















Kamis, 06 Januari 2011

Sejuta Khasiat dan Manfaat PROPOLIS

Propolis merupakan substrat getah yang keluar dari tunas daun dan kulit batang Conifer (golongan pinus). Getah tersebut sengaja dikumpulkan lebah madu kemudian mencampurkannya dengan zat yang disekresi dari kelenjar air lebah. sejatinya digunakan lebah untuk melindungi sarangnya dari bakteri, virus, jamur, dan musuh lain. Dengan propolis, sel sarang lebah menjadi sangat steril. Bahkan sarang lebah, digadangkan sebagai sebagai ruangan paling steril sejagad. “Kita perlu luruskan, propolis bukan liur lebah, tapi getah tanaman yang dikumpulkan lebah melalui kakinya. Dioleskan di pintu sarang untuk pertahanan.

Kandungan utama dalam Propolis adalah Bioflavanoid, zat antioksidan yang juga suplemen sel. Para ahli menyebut, bioflavonoid satu tetes propolis, setara bioflavonoid 500 buah jeruk. Selain itu, propolis mengandung asam Cafeic Acid Phenetyl Esther. Zat ini berperan membasmi sel kanker. Menariknya, zat ini bekerja dengan menekan DNA-RNA virus tanpa merusak sel baik.
Kegunaan Propolis bagi manusia adalah :
•    Suplementasi; mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk membangun kekebalan tubuh dan mengaktifkan kelenjar Thymus. Zat-zat tersebut adalah :
    o    Semua vitamin kecuali vitamin K.
    o    Semua mineral yang dibutuhkan tubuh kecuali Sulfur.
    o    16 rantai Asam AminEssensial yang dibutuhkan untuk regenerasi sel.
    o    Bioflavonoid, yaitu zat anti oksidan sebagai suplemen sel. Menurut penelitian, kandungan Bioflavonoid pada satu tetes propolis setara dengan bioflavonoid yang dihasilkan dari 500 buah jeruk.
•    Pengobatan alami; mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Fungsi pengobatan meliputi hal-hal sebagai berikut :
    o    Sebagai antibiotik, antiviral dan sekaligus antifungal alami tanpa efek samping.
    o    Penyakit yang berhubungan dengan bakteri, misalnya : typhus, diare/muntaber dan sebagainya. Dapat juga untuk bau ketiak yang sangat mengganggu, karena di dalam lipatan ketiak terdapat bakteri atau jamur yang menyebabkan bau.
    o    Penyakit yang berhubungan dengan virus, misalnya : demam berdarah, flu, TBC dan sebagainya.
    o    Penyakit yang berhubungan dengan jamur, misalnya : eksim, panu, keputihan, ketombe dan sebagainya.
    o    Anti peradangan (infeksi dan luka), misalnya : maag, luka luar, radang tenggorokan, sakit gigi, radang ginjal, lebam, luka bakar dan sebagainya.
    o    Sebagai anti kanker dan mutagenesis sel, misalnya : kanker tumor, mium, kista dan sebagainya.
    o    Berfungsi untuk membersihkan pembuluh darah dan detoksifikasi atau pembuangan racun, misalnya : asam urat, kolesterol, trigliserin, darah tinggi, jantung, stroke, diabetes mellitus dan sebagainya.

Pendapat Para Ahli tentang propolis dan kegunaan lainnya :
1.    John Diamond MD : Propolis mampu mengaktifkan kelenjar thymus yang berfungsi sebagai sistrem imunitas tubuh.
2.    Ray Kupinsel : Propolis sebagai anti biotik alami yang mampu melawan berbagai macam penyakit tanpa efek samping
3.    Profesor Arnold Becket : Propolis mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur.
4.    Russia Research Team / Tim Riset Rusia : Dalam Propolis terdapat zat anti biotik alami dan anti viral, vitamin, asam amino, mineral yang sangat mujarab untuk penyakit mulut, tenggorokan.
5.    Dr. Fang Chu ( dokter di Lien Yu Kang Hospital Tiongkok ) : Propolis berguna untuk penyakit kandungan lemak tinggi dalam darah dan untuk penyakit jantung.
6.    Lembaga Riset Kanker Columbia, 1991 : Dalam Propolis terdapat zat CAPE yang berfungsi mematikan sel kanker. Dengan pemakaian zat CAPE secara teratur selama 6 bulan dapat mereduksi kanker sebanyak 50%.
7.    Majalah anti biotik VP kivalkina : Propolis sangat efektif untuk infeksi tanpa batas kadaluarsa.
Obat alami yang berkhasiat untuk penyembuhan berbagai macam penyakit seperti: Sakit jantung, kolesterol, darah tinggi, diabetes, kanker, asam urat, maag, mata katarak, asma, sakit pinggang, batu empedu/ginjal, demam berdarah, penyakit kulit, eksim, panu, luka, luka bakar, radang tenggorokan, radang ginjal dan lain-lain..